Sukses Tanpa Gelar ?

. Gelar bukanlah segalanya. Gelar hanyalah salah satu “kendaraan” untuk membantu kita untuk sukses. Ada banyak kendaraan lain yang bisa kita gunakan untuk meraih sukses. Orang-orang berikut telah membuktikan bahwa mereka mampu meraih sukses tanpa gelar. Sukses Sang Penemu. Siapa yang menyangka jika anak yang dianggap “bodoh” oleh gurunya di sekolah ini ternyata menjadi penemu besar. Pada usia tujuh tahun, anak ini “dikeluarkan” dari sekolah karena dianggap tak dapat mengikuti pelajaran di sekolah. Ibu dari anak tersebut tidak putus asa, ia memutuskan untuk mendidik sendiri anaknya di rumah. Hasil didikan ibu ternyata membuka jalan bagi sang anak untuk berkreasi dengan lebih bebas. Walaupun sang anak tidak kembali lagi ke sekolah dan sempat mengenyam berbagai profesi, anak tersebut yang kemudian lebih dikenal sebagai Thomas Alva Edison akhirnya menunjukkan kehebatannya sebagai seorang penemu kelas dunia dengan lebih dari 3.000 hasil temuan. Sukses Sang Politisi. Lain Edison, lain pula dengan anak yang satu ini. Anak ini juga tidak lulus perguruan tinggi karena kondisi ekonomi yang buruk. Namun hal ini bukan merupakan alasan untuk berhenti meningkatkan kualitas diri. Melalui keinginan untuk belajar sendiri walaupun tidak harus melalui bangku universitas, pemuda yang lahir tahun 1809 ini akhirnya mampu meningkatkan kualitas dirinya. Pemuda ini memang tidak belajar tuntas dari bangku sekolah, tetapi ia banyak belajar dari berbagai kegagalan dan kesalahan yang dilakukannya. Ia berpendapat bahwa kegagalan bukanlah hal yang permanen. Yang penting adalah belajar dari kegagalan untuk bangkit kembali meraih sukses. Prinsip ini ternyata ampuh membawanya ke kursi kepresidenan, dan wajahnyapun akhirnya diabadikan dalam salah satu mata uang di negaranya. Pemuda luar biasa ini bernama Abraham Lincoln. Sukses Sang Pejuang HAM. Jika Indonesia memiliki Munir, maka Guatemala memiliki wanita pejuang HAM yang pada tahun 1992 berhasil meraih hadiah Nobel Perdamaian pada usia 38 tahun. Wanita ini merupakan peraih Nobel termuda saat itu, namanya Rigoberta Menchu Tum. Ia lahir tahun 1959 di Chumel, sebuah desa kecil di Guatemala. Sebagai anak petani miskin, Menchu harus berjuang untuk tetap hidup, juga untuk belajar. Walaupun tidak mendapat kesempatan untuk mengecap pendidikan formal yang sangat langka diberikan, terutama bagi penduduk asli yang dianggap masih terbelakang, ia tidak putus asa. Didorong dan diteladani oleh ayahnya yang aktivis pejuang hak-hak penduduk asli, Rigoberta dengan serius mempelajari apapun yang bisa dilahapnya. Ia belajar dari buku-buku, majalah, dari pengamatan terhadap segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya, dan dari berbagai tokoh dan pemimpin yang dikenalnya. Ia juga menulis berbagai buku dan artikel mengenai perdamaian dan hak asasi manusia yang diperjuangkannya. Pengarang buku I, Rigoberta Menchu, an Indian Woman ini sadar bahwa untuk memperjuangkan nasib bangsanya, ia harus senantiasa memperbaharui pengetahuannya dibidang hak azasi manusia, dan perdamaian. Ia juga sadar kalau ia harus selalu bisa menyerap perkembangan yang terjadi tidak hanya di kampungnya, negaranya saja, tetapi juga dari berbagai belahan bumi. Hasilnya? Ia menjadi sangat ahli di bidang HAM dan perdamaian yang diperjuangkannya. Keahlian dan pengalamannya ini diakui banyak pihak, sehingga walaupun tidak berkesempatan meneruskan ke pendidikan tinggi, Rigoberta mendapat banyak gelar Doktor kehormatan dari berbagai universitas terkemuka di dunia. Sukses Sang Hamba. Bekas “hamba” menjadi “bos”? Mengapa tidak? Inilah yang terjadi pada Madame C.J Walker (1867-1919) seorang bekas budak yang berhasil membangun bisnis besar di bidang obat penumbuh rambut dan menjadi inspirasi bagi para wanita Amerika keturunan Afrika yang pada saat itu memiliki kedudukan sosial rendah di masyarakat. Didorong oleh masalah rambut yang dideritanya, Madame C. J Walker terdorong untuk membantu orang lain yang senasib. Apa kunci suksesnya? Pendidikan dan dukungan orang-orang kuat di sekitar. Pendidikan yang diperoleh oleh wanita hebat ini tidak didapatkan dari sekolah melainkan dari orang-orang sekitarnya. Madame C.J Walker mencari guru untuk mengajarinya membaca dan menulis. Madame Walker juga percaya bahwa kesuksesan satu orang tidak lepas dari bantuan orang lain. Untuk itu, Madame Walker, yang merasa kurang berpendidikan, mengelilingi dirinya dengan orang-orang berpendidikan untuk membantunya menjalankan dan mengembangkan bisnis yang sudah dirintis dan dibangunnya tersebut. Dengan membuat dirinya dikelilingi oleh orang berpendidikan, Madame C.J Walker merasa menjadi lebih kuat, karena ia dapat banyak belajar dari orang-orang ini, yang akhirnya juga memperkuat Madame Walker. Sekolah memang penting, tapi bukan yang terpenting dalam meraih sukses. Gelar memang bisa menjadi alat untuk meraih kesempatan untuk sukses, tetapi bukan satu-satunya kendaraan sukses. Yang penting adalah Mimpi untuk sukses, keinginan untuk belajar, berubah, dan mengubah nasib, disertai dengan keinginan yang kuat, pikiran positif serta keberanian untuk bertindakSelamat mencoba.

Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar